Social

Kamis, 10 November 2011

Sampai Jumpa Kawan

Helloh Bloggers!

Di post kali ini aku bakal nyeritain gimana rasanya kehilangan seorang kawan yang baru kukenal 2 bulanan dan entah kenapa dia berarti sekali.

Iya, tepat 12 September 2011 yang lalu, pertama kalinya menginjakkan kaki di ruang 21 Mesin III bersama anak-anak PSTI UB kelas B. Saling mengenal satu sama lain, yang mungkin hanya berawal dari mengenali wajah dan menghafal nama panggilan mereka.

Iya, tepat 29 September 2011 pengumuman ujian tulis STAN keluar, aku lolos tahap itu dan teman di kelas yang pertama kali memberiku selamat adalah dia, Fadhil Muhammad Rizky. Iya, Fadhil cuman kukenal nama dan wajahnya saja. Waktu itu aku tak menyadari, nggak lama setelah itu dia bakal pergi.

Hari terus berlalu, Fadhil dan aku sama-sama lolos tes tulis STAN dan mengikuti tes kesehatan, semakin dekat dengan perbincangan seputar STAN. Tak lama setelah itu, di kehidupan TIUB yang sejenak kulupakan, kita dipertemukan lagi dalam 1 kelompok pendampingan. Iya, aku dan Fadhil sekelompok dan kebetulan dia ketua kelompokku. Tiap hari dari hari itu kita sering ngobrol, bukan seputar STAN atau pelajaran yang biasa ktai obrolkan, melainkan obrolan ringan bahkan sampai curhat. Lama kelamaan kita dekat, sebagai teman berkelahi, iya kita sering cek-cok nggak penting.

Tiap pulang kuliah cek-cok masalah pendampingan, tugasnya dll. Nggak jarang juga kita malah curhat-curhatan. Secara aneh kita jadi kelihatan deket, iya aku ngerasa juga. Nah, tepat di hari pengumuman tes kesehatan STAN, ternyata hanya dia yang lolos dan aku nggak. Aku tetep di TIUB dan itu belum kurasakan efeknya pada pertemanan kami.

Hari terus dan terus berlalu, semakin dekat, semakin akrab, nggak ada firasat atau mungkin aku sengaja melupakan firasat itu? firasat kalau dia bakalan pergi habis ini. Tepat di masa-masa pertemanan kelas kami semakin solid, tepat dimana hari pengumuman kelolosan STAN terakhir, aku mendengar kabar dia lolos. Dia keterima resmi di kampus yang katanya dari SMP sudah menjadi impiannya.

Harus seneng? Iya sih, kan temen seneng. Harus sedih? belum, belum kerasa sedihnya karena di awal semua terlihat sama. Dia bahkan belum bilang-bilang ke anak-anak lain kalau dia lolos. Ini kabar gembira kan, kenapa nggak disebar? Akhirnya aku yang ngasih tau anak-anak lain. Semua merasa bangga, wah hebat, gitu pikir kami. Tapi di sisi lain, kami harus kehilangan seorang teman, teman yang berarti. Dan itu artinya kelas B nggak utuh lagi.

Tepat di hari dia mengundurkan diri sebagai mahasiswa TI, kami sekelas akhirnya punya ide untuk membuat suatu perpisahan yang mungkin bisa dia ingat walau hanya sekilas. Pertama kami semua menandatangi kaos untuk Fadhil, lalu membuat spanduk acak-acakan tentang semua yang pernah dia alami di TI. Simpel ya? Iya, hanya ini yang bisa kami lakukan.



Lalu hari itu, kami seperti biasa, ada futsal angkatan dan Fadhil berjanji datang. Kami bermain dan bersorak seperti biasa, layaknya nggak terjadi apa-apa. Oke hari itu rekor pertama bagi kelasku, cowok cewek menang semua. Hmm, iya ini adalah kado perpisahan tak berwujud untuk Fadhil. Setelah selesai 4 babak futsal singkat, kami mengeluarkan kaos bertanda-tangan anak sekelas dan spanduk perpisahan untuk Fadhil yang kami buat siang tadi.

Satu persatu dari kami berhamburan masuk lapangan futsal, menyeret Fadhil juga untuk masuk dan membuka spanduk untuk dilihatnya. Lalu kami dengan harunya menangis bersama. Sumpah, rasa perpisahan itu sampai sekarang pun masih ada. Hmm. Ini foto kami di lapangan, setelah menangis bersama.

Lalu kami keluar arena futsal dan lagi-lagi masih berfoto bersama, haru, sedih, semuanya. Fadhil bak artis yang bergantian dimintai foto sama anak-anak. Sedih ya sedih deh, foto senyam senyum sambil masih nahan nangis. Hiks.



Iya, walau cuman ini yang bisa kami beri, terus kenang kami, Fadhil.

We love you, B's love you. We'll miss you. Remember that, when memories exist, distance and time have no effect. See ya later. Sampai Jumpa Kawan :')

...tys...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar